Daffa 3 Tahun 7 Bulan
Hari minggu lalu di kompleks kami, khususnya di kantor pemasaran diadakan kegiatan penjualan tanaman, diskon durian montong dan juga ada tempat permainan anak-anak.
Khusus tempat permainan anak-anak ini merupakan wahana yang diisi udara dan membentuk perosotan dan panjat tebing setinggi kira-kira 10 meter.
Sudah sejak hari sabtu Daffa ingin bermain ke tempat tersebut dan niatnya kesampaian juga di hari Minggu. Meski kamarnya sedang di "hias" dengan wallpaper tapi Daffa tetap ngotot mengajak bapaknya ke tempat permainan tersebut. Daffa tidak terlalu tertarik dengan wallpaper dan pikirannya hanya permainan perosotan dan panjat tebing saja.
Sampai di sana kami harus membayar rp.10.000 sebagai karcis masuk dan sudah banyak anak-anak lainnya yang bermain. Begitu main, Daffa langsung berjingkrak-jingkrak kesenangan. Kebetulan wahana tersebut diisi udara sehingga anak-anak bisa berlarian sambil melompat-lompat diatasnya. Bapak hanya mengawasi dari luar wahana.
Tidak lama dia bermain lompat-lompatan dan perosotan kecil, Daffa tertarik dengan anak-anak yang lebih besar yang bermain panjat tebing dan setelah sampai diatas meluncur turun melalui perosotan setinggi kira-kira 10 meter tersebut.
Untuk bermain perosotan tersebut, anak-anak akan dibantu oleh sorang petugas untuk memasang perlengkapan pengaman serta dibantu ditarik oleh sang petugas untuk naik keatas selain dengan tenaga sang anak sendiri saat meniti di tonjolan-tonjolan yang mirip batu.
Karena Daffa berdiri terus di samping anak-anak yang akan naik, sang petugas kemudian memberi giliran kepada Daffa untuk naik dengan mencoba memasang perlengkapan keamanan tersebut ke tubuh Daffa. Bapak lalu meminta kepada petugas untuk tidak memberi ijin kepada Daffa karena bapak menganggap umur Daffa belum cukup. Sang petugas kemudian membatalkannya dan mengatakan bahwa dia tidak tahu bahwa Daffa belum cukup umur karena tubuhnya terlihat cukup besar.
Mendengar hal tersebut, Daffa menagis sedih dan berlari menjauh sambil terisak mengatakan bahwa dia sudah besar. Daffa ingin mengatakan kepada bapak bahwa dia cukup mampu untuk melakukan hal tersebut. Bapak lalu berusaha membujuknya dan mengatakan bahwa Daffa masih terlalu kecil untuk bermain panjat tebing. Seorang ibu yang melihat dan mendengar kami kemudian berkata," Coba aja dulu pak, kan kasihan anaknya".
Bapak lalu menyadari kesalahan bapak karena meremehkan kemampuan Daffa. Bapak lalu memberi kesempatan dan mengijinkan Daffa untuk mencoba panjat tebing tersebut meski tahu Daffa tidak akan bisa tapi setidaknya dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya akan melatihnya untuk percaya pada diri sendiri.
Begitu giliran Daffa, terlihat Daffa berusaha untuk mengangkat kakinya untuk menapak di tonjolan-tonjolan yang dibuat membentuk batu pijakan tapi tetap tidak bisa dan harus dibantu oleh sang petugas dengan susah payah. Setelah beberapa saat, melihat makin banyak anak-anak yang lebih besar mengantri giliran, akhirnya bapak meminta sang petugas dan Daffa untuk memberikan waktunya kepada anak-anak lainnya. Daffa terlihat kecewa dan tetap yakin bahwa dia akan bisa memanjat sampai ke atas. Saya melihat bahwa Daffa memiliki kekerasan hati dimana bila ada sesuatu yang diinginkannya dia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya.
Daffa kemudian berbalik arah ke tempat perosotan yang 10 meter dan naik keatas lewat bawah sambil merangkak keatas. Sampai ketinggian sekitar 7 meter, Daffa kemudian meluncur turun di perosotoan tersebut. Dibawah Daffa mencari bapak dan berteriak-teriak bahwa dia sudah meluncur turun dari perosotan yang tinggi tersebut. Dia ingin mengatakan bahwa dia berhasil meluncur dari tempat yang tinggi tersebut meski tidak bisa lewat jalur panjat tebing.
Ternyata keinginan Daffa dari hari sebelumnya adalah untuk bisa memanjat melalui panjat tebing tersebut dan turun melalui perosotan yang tinggi yang sudah terlihat dari jalan raya ketinggiannya. Begitu keinginannya tersebut tercapai, dengan mudah bapak bisa mengajaknya pulang tanpa ada perlawanan seperti biasanya saat bermain di tempat lain :-)